Halo,
Selamat malam semua :)
Oke kali ini aku mau nge posting sebuah kisah seorang laki-laki yang berhati mulia.
Aku tadi menonton On The Spot, lalu di situ diceritakan tentang 7 orang yang berhati mulia. Dan dari ketujuh orang itu, aku melihat ada seorang lelaki tua yang bagi aku ia orang yang benar-benar hebat.
Seorang laki-laki yang meskipun ia memiliki masalah perekonomian yang bisa dibilang tidak mampu itu, bekerja keras demi mendapat penghasilan setiap harinya yang penghasilannya tersebut justru malah ia sumbangkan untuk orang yang tidak mampu, bukan untuk dirinya. Ia bekerja sebagai tukang becak setiap harinya. Menghabiskan waktu dari pukul 6 pagi hingga pukul 8 malam di atas sadel becaknya.
Padahal, dengan uang hasil jerih payahnya itu, ia dapat membeli makanan & beberapa pakaian untuk dirinya sendiri. Namun ternyata ia rela memberikan upah hasil pekerjaannya untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kurang mampu.
Ia bukan orang yang tubuhnya perkasa. Perawakannya bisa dikatakan tergolong kecil untuk ukuran becaknya.
Banyak pelanggan yang menyukainya karna ia orang yang baik, ramah & senyum yang tak pernah hilang dari wajahnya.
Mau tau siapa orangnya? :D
Ini dia orangnya,
![]() |
Pekerjaannya adalah sebagai tukang becak. Kalian tahu? Beliau mengayuh becak untuk mendapat upah agar ia dapat menyumbangkan uang yang ia dapat ke Yayasan Yatim Piatu. Ia melakukan semua ini karna tergerak hatinya.
Dulu, ketika ia sedang beristirahat setelah mengantar pelanggannya, ia melihat ada seorang anak lelaki berbadan kurus yang kira-kira berusia 6 tahun. Beliau memperhatikan anak lelaki tersebut yang menawarkan jasanya untuk menolong ibu-ibu yang tengah membawa barang belanjaannya. Badannya sudah sempoyongan membawa barang berat di pundaknya, namun anak itu tetap bersemangat melakukan tugasnya.
Ketika tugasnya selesai, ia di beri upah yang meskipun jumlahnya tak seberapa. Namun ia gembira meskipun upah yang ia dapat tak banyak.
Sudah beberapa kali Bai Fang Li memperhatikan anak itu. Hingga pada akhirnya, anak itu pergi menuju tempat sampah dan mengais-ngais sampah itu dan menemukan sepotong roti. Anak itu pun membersihkan sepotong rotinya lalu memakannya dengan lahap seolah-olah itu makanan dari surga. Bai Fang Li yang melihat kejadian itu tercekat hatinya.
Lalu beliau menghampiri anak itu & berbagi makananya. Ia heran mengapa anak tersebut tidak membeli makanan dengan uang yang ia dapat, padahal uang itu tidak akan habis bila anak tersebut membeli makanan yang sederhana.
"Uang yang saya dapat ini untuk makan adik-adik saya" jawab anak itu.
"Dimana orang tuamu?" tanya Bai Fang Li. "Saya tidak tahu. Orang tua saya pemulung. Tetapi sebulan yang lalu mereka tidak kembali setelah mereka pergi memulung. Saya harus bekerja untuk memberi makan dua adik saya"
Lalu beliau meminta anak bernama Wang Ming itu untuk mengantarnya melihat kedua adiknya.
Ketika Bai Fang Li melihat kedua adiknya, ia merasa tersentuh hatinya, dua anak perempuan berusia 5 dan 4 tahun yang terlihat kurus, dan kotor dengan pakaiannya yang compang camping. Para tetangganya pun tidak dapat menolong, karna memang orang-orang yang tinggal disana memang sama perekonomiannya. Untuk menolong dirinya sendiri sudah sulit bagaimana orang-orang tersebut menolong orang lain.
Kemudian, Bai Fang Li membawa anak-anak tersebut ke sebuah yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin. Beliau berkata kepada pengurus yayasan tersebut, bahwa setiap hari ia akan mengantarkan penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin tersebut agar mendapat makanan & minuman yang layak, serta pendidikan yang layak.
Sejak saat itu, Bai Fang Li menghabiskan seluruh hidupnya diatas sadel becaknya dan terus menerus mengayuh becaknya mengantarkan para pelanggannya. Seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya serta membeli dua potong kue kismis untuk makan siangnya, dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke yayasan yatim piatu tersebut. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.
Ia merasa bahagia melakukan semua itu ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Beruntung sekali bila ia menemukan pakaian rombeng yang cukup layak digunakan di tempat sampah. Hanya tinggal di tambal bagian yang sobek dengan kain berbeda warna. Beliau bekerja selama 365 hari setahun tanpa peduli cuaca yang silih berganti.
Ketika ia ditanya orang-orang mengapa ia melakukan semua ini, ia menjawab "Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah anak-anak miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua ini"
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, hingga hampir 20 tahun ia menggenjot becaknya demi menambah donasinya pada yayasan yatim piatu itu di Tianjin.
Saat berusia 90 tahun, ia mengantarkan tabungan terakhirnya sebesar RMB 500 ( Kira-kira sekitar Rp 650.000,00 ) yang disimpannya dengan rapih di sebuah kotak dan menyerahkannya ke sekolah Yao Hua.
Bai Fang Li berkata, "Saya sudah tidak dapat mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan" katanya dengan sendu. Semua guru di sekolah itu pun menagis.
Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan. Sekalipun begitu, ia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesar RMB 350.000 ( Kurs 1300, kurang lebih Rp 450.000.000,00 ) yang beliau berikan kepada Yayasan yatim piatu & sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin. Foto terakhir yang orang punya mengenai dirinya adalah sebuah foto dirinya yang bertuliskan :
" Sebuah Cinta yang istimewa untuk seseorang yang luar biasa "
Sumber : EO Comunity
No comments:
Post a Comment
ありがとうございます。 ^^